Welcome

Sadar atau tidak, setiap perjumpaan akan membawa perubahan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari perjumpaan2 kita, dan membawa kita ke arah yang semakin baik. Tuhan memberkati

Kata kunci

Thursday, March 18, 2010

Aku dan kenakalan anakku

Jika anak kita menjadi figur contoh bagi anak yang lain, sebagai orang tua tentunya kita merasa bangga. Tapi jika menjadi figur contoh yang tidak baik???? Orang tua mana yang tidak sedih, apalagi seorang ibu. Yaaaahh..itu yang terjadi padaku. Anakku yang masih kecil, sering kali membuat keributan terutama di gereja. Dia berlari-lari kesana kemari, loncat-loncat, ikut-ikutan menjadi dirigen, ikut bermain orgen, menghitung bangku, merangkak di bangku-bangku, menjatuhkan buku, berdiri di depan altar, dll.
Bukannya aku tidak pernah menasehatinya atau memperingatkan dia, tapi sudah sangat sering bahkan sampai bosan aku menasehati dia. Tapi rasa ingin tahunya lebih besar dan dia tetap saja mencari kegiatan. Beberapa teman menyarankan supaya dia diberi buku gambar dan alat tulis, tapi itu juga tidak berguna. Dia sama sekali tidak menyentuh. Ada lagi yang menyarankan supaya membawa bekal makanan kecil...tapi untuk yang satu ini aku tidak setuju. Aku tidak mau membiasakan anakku makan saat di gereja.

Sering kali aku melihat seorang ibu yang lain menunjuk anakku sambil berkata supaya anaknya tidak mengikuti anakku...dan menyebut anakku sebagai anak nakal. Terkadang ada anak lain yang lalu karena mendengar nasehat orang tuanya menghampiri anakku dan ikut menasehati anakku, "Kamu ga boleh gitu, ga boleh nakal, nanti dimarahi Romo lho"

Tidak jarang juga orang-orang menegur anakku secara langsung, ada yang hanya menasehati secara halus "sssttt...ga boleh ke situ ya", "Ga boleh ribut di gereja", " Duduk yang baik ya",dll. Ada juga yang berpura-pura marah pada anakku "Hei, sini! Hayo...ga boleh nakal. Kalo nakal nanti Om/Tante gigit ya.."

Aku tidak pernah marah saat orang lain menegur anakku, apalagi sampai sakit hati. Tidak sama sekali. Justru aku berterima kasih karena mereka mau menegur. Ada seorang temanku yang sangat marah ketika anaknya ditegur untuk diam, katanya "Kok seperti ga pernah punya anak aja. Kan anak2 memang suka begitu". Untuk hal ini terus terang aku tidak sependapat. Anak-anak memang seperti itu, tapi tidak berarti kita membiarkannya. Kita pun harus mendidik anak kita supaya lebih baik berperilaku di dalam gereja. Itu pendapatku. Jadi aku tidak masalah saat orang lain menegur. Ada kalanya, seorang anak justru mau mendengar nasehat orang lain daripada orang tuanya sendiri. Aku berusaha menempatkan diri sebagai orang yang merasa terganggu atau merasa risih dengan perbuatan anakku. Kalau aku di posisi mereka mungkin aku juga akan menasehati anakku. Aku melakukannya karena niat yang baik, jd aku pun juga berpikir bahwa orang-orang yang menasehati anakku memiliki niat yang baik, tidak semata-mata karena merasa terganggu.

Saat melihat anakku menjadi pusat perhatian karena kenakalannya, aku sangat sedih. Aku merasa gagal mendidiknya. Aku merasa tidak berguna. Untungnya ada saja teman yang mendukung aku dengan berkata, "Biar saja. Jangan terlalu dipikirkan. Justru anak2 seperti itu adalah anak yang pintar. Dia ingin tahu banyak hal, dia ingin belajar". Entah itu benar atau tidak, bagiku itu sangat menguatkan aku.

Aku sangat berterima kasih untuk semua orang yang sudah peduli pada anakku. Untuk semua yang menyayanginya, untuk semua orang yang pernah menegurnya. Aku terkadang menghibur diri dengan berkata, "Sesuatu yang buruk perlu terjadi supaya yang baik itu ada". Semoga anakku suatu saat nanti akan mengerti apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan. Aku yakin ini adalah satu tahapan yang harus dilalui. Aku hanya perlu sedikit bersabar menghadapinya.

Monday, March 15, 2010

Jangan hidup di masa lalu


Seorang pemain biola desa lolos ke final kompetisi nasional. Di malam final, permainannya mengundang decak kagum hingga semua menduga dialah yang bakal menang. Tiba-tiba, di bagian akhir permainannya, satu senar biolanya putus. Penonton menahan napas. Ada yang spontan berdiri. Bahkan pemimpin orkestra pengiring sempat berhenti. Namun, si pemain biola tetap tenang dan terus bermain, walau suara biolanya tak seindah semula. Ia tahu, tak ada gunanya memikirkan senar yang putus. Itu takkan menyambungnya lagi. Hanya membuang waktu dan energi. Lebih baik ia konsentrasi memainkan senar yang masih bisa dimainkan. Meski kalah lomba, ia menang atas kekhawatiran dan pemborosan energi.

Pernahkah Anda menyesalkan kesalahan pada masa lalu, menghabiskan energi dengan pemikiran “seandainya ini” atau “itu”? Anda tak perlu terus memikirkan “senar putus”. Seribu “seandainya” bisa dibuat dalam situasi-situasi demikian. Namun, pemborosan energi ini tak akan mengubah apa pun. Masa lalu tidak mungkin diubah. Jadi, jangan boroskan energi, lebih baik kita pakai kekuatan dan waktu yang masih ada untuk memainkan senar yang masih utuh.

JANGAN HIDUP PADA MASA LALU

ARAHKAN HIDUP DAN WAKTU PADA APA YANG MASIH BISA DIUBAH


Penulis: Denni Boy Saragih

Saturday, March 13, 2010

Extra Hati-hati


Setiap hari, manusia diperkirakan harus berhadapan dengan 60.000 pikiran. Sekitar 80% pikiran itu negatif atau nafsu yang cenderung membawa pada keburukan.

Seorang motivator dunia, Ibrahim Elfiky memperingatkan supaya extra hati-hati mengarahkan pikiran itu. Jika arah yang dipilih negatif , maka pikiran yang akan keluar juga negatif, sebaliknya jika memilih positif maka yang akan keluar dari memori pun positif.

Ia menyarakan, jika benar2 tidak ingin meletakkan sesuatu yang berbahaya dalam tubuh, maka isilah pikiran itu dengan hal-hal yang berpengaruh positif pada setiap aspek, termasuk dalam kesehatan jiwa dan raga. Selanjutnya bisa dipastikan akan berpengaruh positif pula pada perasaan, perilaku, serta penyakit yang menderita jiwa dan raga.

Sumber: Batam pos

Saturday, February 27, 2010

Makanan kita

Saat kita makan petai, maka keringat, nafas, air seni, bau mulut kita pun akan berbau petai. Demikian juga dengan sabda Allah. Jika setiap hari makanan kita adalah sabda Allah...maka segala yang keluar dari diri kita adalah kasih. Karena Allah adalah kasih. (Rm Oyon)

Friday, February 26, 2010

Jangan membiarkan anak anda berenang sendirian

Hari ini adalah hari libur. Aku menemani anakku berenang. Anakku yang masih kecil, membuatku harus ekstra hati2....dan selalu berada disampingnya.

Ketika sedang asyik menemani dia...aku melihat seorang anak kecil (hampir sama besar dengan anakku) yang juga sedang berenang tapi tanpa didampingi siapapun. Kebetulan hari ini kolam renang sangat ramai oleh anak2 TK, jadi memang banyak anak2 bermain tanpa pengawasan. Si anak ini kulihat sedang menyelam... Aku sama sekali tidak berpikir jauh karena aku juga harus mengawasi anakku yang masih sering terjatuh saat berjalan di air. Anak2 lain pun banyak yang sedang saling berlomba siapa yang paling lama bisa menahan nafas di dalam air. Jadi aku benar2 tidak berpikir hal yang lain.
Anakku berjalan mendekati pinggir kolam, sekaligus semakin dekat dengan si anak tadi. Tiba2 aku merasa curiga. Tangan anak itu berusaha melambai-lambai...badannya terus berada di dalam air..lalu mengambang...
Oh Tuhan...ternyata anak itu tenggelam!!!!!!!!!!!!!!! Aku segera mengangkat dia ke tepian kolam, bersamaan dengan itu ibu dari anak ini berteriak-teriak, "Tolong mbak...tolong ...anak saya."
Setelah berada di tepi kolam aku segera memukul-mukul punggungnya, karena pasti dia sudah menelan begitu banyak air. Dia tidak dapat menangis. Mukanya pucat, dan aku sama sekali tidak dapat berkata-kata. Aku hanya bisa berusaha melakukan apa yang aku bisa.

Setelah si anak dibawa menjauh dari kolam oleh ibunya..aku baru mendekati anakku lagi. Sambil bermain, aku mengamati anak itu. Dia sangat ketakutan dan sudah bisa menangis. Di pinggir kolam itu, nampak serombongan ibu-ibu yang nampaknya memang satu kelompok dengan ibu si anak tadi.

Kalau boleh aku menyimpulkan, si ibu mungkin terlalu asyik berbincang-bincang dengan teman2nya sambil menggendong anaknya yang kira2 masih berusia 1th. Si ibu tidak menyadari bahwa anaknya tenggelam. Dan lagi, jarak antara kolam dan tempat ibu itu berbincang-bincang agak jauh.

Hm....ini suatu pelajaran bagiku. Jangan pernah meninggalkan anak anda berenang sendirian tanpa pengawasan, apalagi dia masih balita. Sungguh sangat berbahaya. Bukankah lebih menyenangkan bisa bermain bersama dengan anak di dalam kolam? Tapi jika memang anda tidak bisa bermain bersama...jangan sampai lengah mengawasinya. Tetaplah berada di dekatnya, karena anak anda akan lebih aman.

Thursday, February 25, 2010

Kegagalan

Jangan menyalahkan siapapun atas kesalahan dan kegagalan Anda. (Bernard Baruch)

Saat kita mengalami kegagalan ,sering kita melempar kesalahan pada pihak lain.

Tapi ingatlah...bahwa suatu hasil yang kita dapat, itu adalah keputusan kita. Apapun dapat terjadi dan berbagai macam hal bisa mempengaruhi. Tapi tentang apa yang akhirnya kita lakukan, itu merupakan keputusan kita sendiri. Jika anda gagal karena mengikuti saran seorang teman..itu bukan berarti teman anda yang salah. Tapi anda sendiri!!

Berbicara vs berbuat

Berbuat sesuatu yang kecil tapi membawa perubahan itu lebih berarti daripada banyak berkata-kata tapi tidak membawa perubahan apapun. (Mother Teresa)

Sebuah ilustrasi sederhana...
Ketika pulang dari bekerja, sepasang suami istri mendapati bahwa rumahnya sangat berantakan. Mainan anak2 bertebaran dimana-mana, lantai yang kotor, dan sisa2 makanan yang belum dibereskan.
Sang istri langsung berteriak memanggil pembantunya yang sedang bermain-main dengan anak suami istri ini, katanya "Yem!!! Sini! Kamu ini, apa kerjamu seharian? Kenapa mainan ini tidak dibereskan? Kenapa sisa makanan bertebaran dimana-mana?......" dst.

Sang suami tidak banyak bicara. Dia langsung mengambil mainan yang bertebaran itu, memasukkan kembali ke dalam kotak, mengambil sebuah sapu, dan mulai membersihkan sisa2 makanan di lantai.

Pada saat sang istri selesai berbicara, rumah sudah nampak lebih bersih dan enak di pandang. Mungkin tinggal mengepel lantai dan semua akan nampak lebih baik.

Manakah yang lebih bijaksana?